Selamat siang, salam sejahtera untuk kita semua.
Puji syukur saya ucapkan pada
Tuhan Yang Maha Esa, karena kita boleh dipertemukan kembali di tempat ini
dengan keadaan selamat. Terimakasih juga saya ucapkan pada panitiayang telah
memberi saya kesempatan yang begitu berarti ini.
Bagi saya, perjuangan melawan
korupsi adalah perjuangan tanpa ahir. Sebuah proses menuju bangsa yang mapan,
terbuka, dan selalu ada 'kejujuran' dalam hati tiap warganya, sebuah bangsa
yang entah kapan menjari benar-benar nyata.
Sebelum kita masuk lebih jauh,
ada perlunya kita mengenal asal kata ‘korupsi’ itu. Korupsi berasal dari bahasa
latin corruptio atau corruptus. Corruptio berasal dari kata corrumpere,
kata dalam bahasa latin yang lebih tua. Dari bahasa latin ini turun ke banyak
bahasa Eropa. Di Belanda disebut korruptie. Kemudian turun ke bahasa Indonesia
menjadi korupsi. Dalam KBBI (1991), korupsi berarti busuk; palsu; suap. Tetapi
saya lebih setuju dengan arti kata korupsi pada TheLexion Webster Dictionary,
dimana korupsi berarti kebejatan; ketidakjujuran; tidak bermoral; penyimpangan
dari kesucian.
Indonesia boleh bangga akan keanekaragaman
yang dimiliki, juga untuk perjuangan meraih kemerdekaannya yang begitu menarik.
Tetapi apa hanya ini sajakah yang bisa kita banggakan? Mengapa tidak kita capai
sebuah prestasi baru? Prestasi yang tidak semua negara bisa mendapatkan dengan
mudah.
Harian Kompas pernah memuat
artikel karya Ignatius Haryanto, dimana didalam artikel itu tercatat sebuah prestasi
lagi. Yaitu, negara kita, Indonesia, menjadi negara terkorup selama bertahun –
tahun. Selain itu, koruptor di negara kita paling rentan dengan kesehatan. Dibuktikan
bahwa setiap hendak diperiksa atau diadili, koruptor kita berdalih sakit. Dari
hal ini, PBB menyimpulkan bahwa peradilan korupsi di Indonesia merupakan yang
terburuk di dunia.
Yang lebih ironis, segala cara
yang selama ini sudah digembar-gemborkan pemerintah, tidak membuahkan hasil.
Bahkan kian menambah poin korupsi bangsa ini. Lalu apa yang bisa kita berikan
untuk Indonesia?
Banyak orang sedang berlomba
menutupi kemunafikan mereka dengan bisikan iblis berselimut rayuan-rayuan
manis. Tapi kita? Saya tekankan JANGAN!! Jangan pernah kita tertarik! Pikirkan,
jika kebudayaan ini terus dilestarikan, bagaimana nasib generasi penerus kita?
Bagaimana nasib bangsa ini kemudian? Dan apakah penghargaan kita terhadap para
pejuang yang telah rela mati? Sia-sia, bukan?
Ibarat sebuah tubuh, bangsa kita
sedang terkena penyakit mematikan, korupsi. Begitu parahnya penyakit ini
sehingga Indonesia pun menjadi kondang di seantero dunia. ‘Si Penyakitan’
sebutannya. Sudah saatnya kita mengobati tubuh ini. Jangan ada lagi korupsi di
tanah air kita! Hindari motto ‘ Maju tak gentar membela yang bayar ‘.
Saya rasa sudah cukup kata-kata
dari saya. Mohon maaf jika terdapat kesalahan – kesalahan dalam perkataan saya.
Tuhan memberkati.
Pedhipicuss Suka F.
0 komentar: